Tim Mercedes: Bahan Bakar Berkelanjutan untuk F1 Lebih Mahal
Peralihan tim balap mobil Formula 1 (F1) menuju penggunaan sepenuhnya bahan bakar yang ramah lingkungan pada musim depan ternyata memerlukan biaya yang jauh melebihi dugaan awal. Informasi ini disampaikan oleh Ketua Tim. Mercedes , Toto Wolff.
"Alasan utama harganya tinggi adalah karena seluruh rangkaian proses produksi serta sumber daya energi yang digunakan harus berkelanjutan bagi lingkungan," jelas Wolff saat diwawancara oleh para reporter dalam acara Grand Prix Miami, sebagaimana dilaporkan pada seri kelima kejuaraan tersebut. Reuters , Minggu (4/5).
Mengacu pada pandangan Wolff, demi tercapainya seluruh tujuan dalam dunia Formula 1, diperlukan material dengan standar khusus yang memiliki biaya tinggi. Dia menjelaskan, "Kami harus memeriksa apakah ada cara untuk mengatur ulang beberapa aspek dan akhirnya mereduksi tarif (untuk bahan bakar ramah lingkungan) setiap liternya."
Wolff menyebut mitranya di bidang bahanbakar Mercedes, Petronas , sepenuhnya komitmennya dalam hal teknis. Akan tetapi, Petronas saat ini tengah menyelidiki apakah adanya modifikasi pada regulasi bisa menjadikan bahan bakar ramah lingkungan menjadi lebih sustain dari segi keuangan pula.
- Airbus Cepatkan Penggunaan Bahan Bakar Pesawat Ramah Lingkungan (SAF)
- Tolak Saran Mengenai Bahan Bakar Ramah Lingkungan untuk Penerbangan dalam KTT ICAO
- Kelapa sawit menjadi jawaban untuk bahan bakar nabati yang berkelanjutan
Pemimpin Red Bull, Christian Horner, mengakui adanya banyak biaya pengembangan yang terkait dengan peralihan ke bahan bakar ramah lingkungan. Meskipun demikian, ini tidak menjadi kendala utama untuk timnya.
"Kemungkinan beberapa level perlu ditambahkan pada waktunya. Namun, bahan bakar memiliki potensi untuk menjadi faktor penentu kinerja yang signifikan. Sejauh ini, para pemain industri bahan bakar nampak cukup aktif dalam aspek tersebut," jelas Horner.
Formula 1 bertujuan mencapai status netral karbon pada tahun 2030. Ini meliputi kendaraan yang ikut dalam lomba serta operasi olahraga sepanjang akhir pekan perlombaan.
Mobil Formula 1 Tetap Membutuhkan Teknologi Hibrida
Peter Windsor, mantan pengelola tim balap yang sukses meraih gelar juara dunia F1 bersama Williams, mengatakan bahwa olahraga balap mobil F1 tak memiliki alternatif lain. Menurutnya, para pelaku utama dalam Formula 1 sangat berharap agar cabang olahraga ini dapat berkembangan sesuai dengan tujuan keberlanjutan dan mencapai netralitas karbon. Hal tersebut disampaikan oleh Windsor seperti dilansir dari Chemistryworld pada bulan September tahun 2024.
Arah baru telah dengan jelas ditetapkan melalui regulasi teranyar yang bakal diluncurkan tahun 2026. Perbaikan signifikan pertamanya yakni bahwa regu wajib menjamin kendaraannya mampu memproduksi separuh energi dari sumber listrik. Hal tersebut menjadi loncatan besar dibandingkan bagian hybrid sekarang yang hanya menciptakan daya antara 120-350 kW.
"Pergantian ke elektifikasi sebesar 50% merupakan langkah yang sangat besar dalam pemikiran Formula 1," ujar Windsor.
Akan tetapi, rangkaian acara tersebut belum bisa menggerakkan evolusi balap berbasis listrik ke tingkat selanjutnya. Tahun 2011, otoritas tertinggi dalam dunia motor sport, FIA, menciptakan ide tentang seri kendaraan bertenaga listrik - yaitu Formula E - serta memberikan izin khusus kepada mereka untuk menyelenggarakan perlombaan mobil elektrik.
Serinya ini sudah memperbaiki sistem penumpukan energi sampai-sampai sekarang hanya butuh satu mobil untuk mengikuti seluruh perlombaan tanpa harus berganti kendaraan di tengah jalan. Formula E pun kini telah merambah ke ajang balap berbasis listrik. off-road , yang telah menarik tim yang dijalankan oleh juara dunia Sir Lewis Hamilton dan Nico Rosberg.
Formula 1 telah mencoba alternatif bahan bakar hijau seperti hidrogen. Namun, teknologi ini belum siap untuk digunakan di arena balap mobil. Purwa rupa mobil balap seri bertenaga hidrogen di Le Mans 24 Hours telah ditunda hingga setidaknya tahun 2027. Windsor menyebut Formula 1 kini terjebak dalam situasi sulit karena harus tetap menggunakan mesin hibrida.
Menurutnya, ada batasan seberapa banyak tim dapat meningkatkan performa mesin mereka. Mobil F1 sudah memiliki mesin pembakaran internal paling efisien di planet ini. Mobil balap F1 beroperasi dengan efisiensi termal di atas 50%, lebih tinggi dibandingkan dengan mobil jalanan biasa yang hanya 30%.
Apabila dipadukan dengan akumulator yang lebih unggul, teknologi tersebut mengurangi kebutuhan bahan bakar bagi mobil balap hingga sekitar 70 kg saja dari semula 160 kg sepuluh tahun silam. Hal ini mirip isi tangki penuh kendaraan biasa. Meskipun demikian, kondisi saat ini belum mampu menjangkaui ambisi bidang olahraga otomotif tersebut.
Pada saat ini, kendaraan lomba Formula 1 menggunakan bahan bakar bernama E10, yang terdiri dari 10% etanol dan dibuat dari tumbuhan seperti jagung. Kebijakan penggunaan jenis bahan bakar ini mulai diterapkan pada tahun 2022. Secara teori, langkah tersebut menjadikan F1 berada di belakang beberapa kompetitornya; sebagai contoh, Nascar di AS sudah memakai campuran etanol hingga 15% sejak tahun 2011.
Posting Komentar