Rahasia dan Fakta Tentang Siklon Tropis di Indonesia

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sedang mengawasi perilaku atmosfir yang menunjukkan tanda-tanda pembentukan cuaca tertentu. siklon tropis Saat beberapa bagian dari Indonesia mulai menghadapi musim kemarau, salah satu fenomenanya adalah Bibit Siklon Tropis 99W yang diamati berada di utara barat daya Papua pada tanggal 30 April 2025.
Area Jakarta serta sekitarnya meskipun tak langsung dipengaruhi oleh siklon tropis 99W, tetap mengalami kemungkinan cuaca ekstrem dengan curah hujan tinggi yang berpotensi diikuti guntur. angin kencang Kelembutan udara di wilayah Jabodetabek berada antara 70 hingga 90 persen.
Bibit siklon juga terpantau di Samudra Pasifik utara Maluku Utara dengan kecepatan angin 15 knot dan tekanan pusat 1008 hectoPascal (hPa) serta terdeteksi sirkulasi siklonik yang ada di Laut China Selatan dan di perairan selatan Jawa-Bali. Meski peluangnya berkembang menjadi siklon masih rendah, fenomena ini penting dicermati karena bisa memicu hujan lebat dan gelombang tinggi, terutama di wilayah timur Indonesia.
Apa Itu Siklon Tropis?
Mengutip laman BMKG, siklon tropis dikenal dengan berbagai istilah. Kadang disebut sebagai badai tropis atau typhoon atau topan jika terbentuk di Samudera Pasifik Barat. Disebut siklon ( cyclone ) jika terbentuk di sekitar India atau Australia dan "hurricane" jika terbentuk di Samudra Atlantik.
Siklon tropis merupakan badai dengan kekuatan yang besar dengan radius rata-rata mencapai 150 hingga 200 kilometer (km). Siklon tropis terbentuk di atas lautan luas yang umumnya mempunyai suhu permukaan air laut hangat, lebih dari 26,5 derajat Celsius. Angin kencang yang berputar di dekat pusatnya mempunyai kecepatan angin lebih dari 63 km/jam.
Secara teknikal, sebuah siklon tropis adalah suatu sistem berupa daerah bertekanan rendah tanpa sifat frontier yang mempunyai skala besar dan berkembang di atas lautan panas dengan area kemacetan konvektif aktif serta memiliki kecepatan angin minimal sebesar 34 knot di lebih dari separuh bagian lingkar pusatnya, dan kondisi ini harus terus ada paling tidak selama tujuh belas ribu dua ratus delapan puluh detik.
Terkadang di dalam pusat siklon tropis, terbentuklah sebuah area dengan kecepatan angin yang cukup rendah serta tidak ada awannya, hal tersebut dinamakan sebagai mata siklon. Ukuran diameter mata siklon bisa berkisar antara 10 sampai 100 kilometer. Di sekeliling mata siklon ini terdapat struktur bernama tembok mata, daerah berforma seperti cincin yang mampu mencapai kedalaman 16 kilometer, tempat ini adalah zona dimana kecepatan angin paling kencang dan curah hujan paling tinggi terjadi.
Terbentuknya Siklon
BMKG melaporkan bahwa jumlah siklon tropis di belahan bumi utara rata-rata mencapai 57,3 kali per tahun, sementara untuk belahan bumi selatan reratanya adalah sekitar 26,3 siklon tropis pertahun menurut statistik dari periode 1968 hingga 1989.
Sesuai dengan namanya, siklon tropis berkembang di wilayah perairan tropis khususnya tempat suhu permukaan laut cukup panas. Menurut laman Otoritas Nasional Manajemen Bencana (ONMB) India, s Ketika uap tersebut mendingin saat berada di udara lebih dingin, ia akan mengembun dan melepaskan kalor ekstra yang menyebabkan pembentukan awan hujan lebat. Jika permukaan lautan hangat, kondisi atmosfir tidak stabil, serta adanya arah angin pada lapisan atas yang cocok, siklon dapat berkembang dengan pesat. Kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam, cukup keras untuk menumbangkan pohon-pohon, merusak struktur bangunan, dan memunculkan banjir parah.
Berdasarkan informasi dari situs web BMKG, kondisi-kondisi di bawah ini diperlukan untuk pembentukan siklon tropis:
- Temperatur permukaan lautan setidaknya 26,5 derajat Celsius sampai kedalaman 60 meter.
- Keadaan atmosfir yang tak menetap membantu pembentukan awan cumulonimbus. Jenis awan petir tersebut mengindikasikan daerah dengan aktivitas konveksi tinggi dan berperan dalam proses pengembangan siklon tropis.
- Atmosfer yang relatif lembab di ketinggian sekitar 5 km. Ketinggian ini merupakan atmosfer paras menengah, yang apabila dalam keadaan kering tidak dapat mendukung bagi perkembangan aktivitas badai guntur di dalam siklon.
- Terletak minimal sejauh 500 kilometer dari khatulistiwa. Walaupun mungkin saja, siklon sangat jarang terjadi di area dekat ekuator.
- Kondisi atmosfer di sekitar lapisan bumi terdiri dari pusaran udara yang dikombinasikan dengan adanya gelombang angin.
- Kondisi angin berubah sedikit seiring dengan meningkatnya ketinggian. Besarnya perubahan pada keadaan angin dapat mempersulit proses pembentukan badai petir.
Dengan posisi geografis yang berada di antara dua samudra tropis, Indonesia memang cukup sering terkena dampak tidak langsung dari siklon tropis, meski jarang menjadi jalur utama. BMKG mengimbau masyarakat, khususnya di wilayah timur Indonesia, untuk mewaspadai hujan lebat dan potensi gelombang tinggi di laut.
Posting Komentar